Kawasan Bersejarah, Wabup Janji Perjuangkan Jalan ke Pungut


Ternyata kawasan tiga desa Pungut Kecamatan Air Hangat Timur menyimpan sejarah perjuangan melawan penjajahan di masa lampau. 

Hanya saja, sejarah ini jarang diungkap ke permukaan.
Informasi yang diperoleh petisinews.com, pada masa perjuangan menentang Kolonial Bellanda pada dekade 1903 dan pada masa agresi fisik, kawasan hutan belantara di Pungut merupakan basis gerilya dan tempat yang paling aman bagi pejuang dan gerilyawan untuk menyelamatkan diri dari kejaran musuh. 

Sebuah catatan sejarah menyebutkan bahwa pada masa perang Sultan Taha dan perang rakyat Kerinci pada tahun 1903 salah seorang pejuang dan kerabat Sultan Taha yakni Pangeran H Umar pernah bertahun tahun melarikan diri dari kejaran musuk dan bersama rakyat Kerinci melakukan pertempuran secara gerilya mulai dari Tanah Tumbuh hingga ke Pungut mudik.

 Konon menurut sebuah sumber H.Umar gugur di tembak Belanda dan dimakamkan di Pungut Mudik. Sumber menyebutkan Jirat atau makam H.Umar ada di Pungut Mudik dan sebuah jubah miliknya betuliskan huruf arab hingga saat ini masih di simpan oleh keluarga Depati Gunah di Pungut Mudik. 

Belanda yang marah akibat sepak terjang H Umar dan para pejuang melakukan tindakan keji dan membuang sejumlah warga Pungut di kawasan Serpeh selama hampir 8 tahun.

Dimasa perjuangan menghadapi tentara Jepang kawasan Pungut merupakan tempat persinggahan para pejuang dan lalu lintas perdagangan dari Sungai Penuh- Kerinci ke tanah Tumbuh Bungo Tebo. Para pedagang Kerinci melakukan barter dan membawa pakaian untuk dijual kembali kepada masyarakat Kerinci. Dan pada masa Jepang sebagian besar rakyat Kericni masih menggunakan kain terab yang terbuat dari kulit kayu.

Pada masa agresi kedua kawasan hutan belantara dan desa Pungut merupakan basis gerilya pejuang, sejumlah tokoh pejuang seperti Kapten Muradi, Letnan Alamsyah, dan Usman Khalid serta puluhan gerilyawan mempertahankan diri dan melakukan berbagai persiapan dan mengatur strategi pertemuran di Pungut. Bahkan salah seorang pejuang tangguh Usman Khalid gugur dalam sebuah pertempuran saat melakukan perjalanan dari Pungut ke Sungai Tutung.
 
Marman dan Muhamad warga Pungut dalam wawancaranya dengan wartawan petisinews.com ini mengemukakan bahwa sebagian besar warga Pungut nenek moyang mereka berasal dari bekas Kemendapoan Kemantan dan sebagian besar berasal dari Koto Majidin, Kemantan dan sekitarnya.
 
Sampai era akhir tahun 1970-an kawasan Pungut merupakan kawasan terpencil, tertutup dan sangat sulit di jangka. Satu-satunya cara untuk menuju pungut adalah berjalan kaki menyusuri bukit, lembah dan tebing tebing terjal. 

Pada masa Bupati Kerinci H. Rusdi Sayuti dan Dandim 0417 Kerinci Letnan Kolonel Ali Sufi melakukan upaya memutuskan belenggu isolasi fisik kawasan Pungut melalui operasioal teritorial pada tahun 1975.

Namun saat ini kondisi ruas jalan yang sempat dilakukan pengaspalan oleh Bupati H. Fauzi Siin itu kembali mengalami kerusakaan berat dan sulit dilalui kendaraan roda empat atau truk, dan hingga saat ini kondisi jalan semakin memburuk akibat curah hujan yang tinggi.
 
Wakil Bupati Kerinci Zainal Abdin, (ZA) mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi akses transportasi ke wilayah yang penuh sejarah itu. Ia berjanji akan memperjuangkan perbaikan dan peningkatan ruas jalan ini.

"Mudah mudahan dalam waktu dekat jalan dari dan menuju Pungut segera akan kita lakukan perbaikan<' ungkap ZA.

sumber: petisi news
Share:

Labels

Blog Archive

Berita Pilihan

BANGGA Kerinci Ditetapkan Sebagai top Branding Pariwisata Provinsi Jambi

Kabupaten Kerinci akhirnya ditetapkan sebagai branding pariwisata Provinsi Jambi oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia. Penetapan ...